Labels

DIARY (13) ADVENTURE (6) NOTE (6) MEDICAL (3)

Sunday, 11 January 2015

Merry Riana VS Ria Tustina

Jan 11, 2015.. Sunday.. in Wisma Halwa Surakarta.. my netbook's clock is saying it's 21:21..


Tersentuh dan merasa senasib dengan kisah Merry Riana saat menonton filmnya "Mimpi Sejuta Dolar". 
Bukan karna nama panggilan kita yang sama (Ria). 
Bukan juga karena asrama NTU Singapore yang mirip persis dengan asrama UI Depok.
Apalagi tentang kecantikan fisik dan kisah cintanya. Duuuh jelas beda banget.
Tapi sama dalam hal PERJUANGANnya. 

Yaaah, perjuangan beliau saat di NTU Singapore sedikit mirip dengan perjuangan hidup saya saat di UI Depok-Salemba beberapa tahun lalu. 
Mencari uang untuk membiayai kuliah dan hidup di Jakarta sendiri.

Kerja ngajar les & privat sana-sini sampe jam 12 malam dari apartemen satu ke apartemen yang lain, dari bimbel yang satu ke bimbel yang lain, dari rumah ke rumah.
Hingga kemudian saya merintis bisnis dan saya punya lembaga privat sendiri (Pricoust-Private Counseling Student) yang kantor pusatnya di Depok saat itu. 
Saya pergunakan gaji ngajar saya untuk keperluan hidup dan biaya kuliah serta ditabung untuk biaya daftar kuliah lagi tahun depan (karna saya emang pengin banget masuk FK saat itu).
1 jam ngajar saya digaji Rp.120.000-Rp.150.000, dan setiap bulannya gaji saya ngajar bisa mencapai 5-10 juta/bulan saat itu. 
Ya karna banyak siswa tertarik dan senang dengan gaya mengajar saya, hingga suatu saat saya jatuh sakit dan keteteran meladeni bayak siswa akhirya saya mencipakan lembaga bimbel sendiri, yang mana disitu pengajar2nya adalah dari mahasiswa UI, jadi pada saat usia 18 tahun, saya sudah bisa mencipakan lapangan pekerjaan dan meggaji orang. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan.

Sempet juga waktu itu kedesak sikon, sampe jual laptop ketemen asrama karna harus bayar uang bimbel di NF, Selain kuliah dan kerja, aku juga disibukkan dengan belajar materi snmptn waktu itu, aku ikut RONIN NF di akses ui. Bahkan sempet gak bisa makan karna dompet kosong dan akhirnya jual anting.

Aku pontang-panting cari beasiswa, alhamdulillah untungnya termasuk orang yg beruntung dan dapet bidik misi saat itu dan diikuti dengan beasiswa lainnya. Aku juga sempet kerja jadi EO berkeliaran kemana-mana ngurusin event2.

Makan cuma sama roti, sesekali makan nasi sayur tempe itu udah jadi kebiasaanku sejak dulu.
Karna setiap hari aku selalu memperhitungkan keuanganku. Jika keuanganku pedot ditengah jalan, terpaksa seringkali aku utang teman kesana-kesini (thanks sahabatku Mira).

Aku tinggal diasrama secara ilegal demi ngirit biaya kos-kosan yg mahal dijakarta, sampai akhirnya ketauan juga sama satpam asrama (pak husen).
Perjuangan juga kadang2 tersandung juga, aku ketipu online hingga jutaan, nyoba bisnis sendiri ketipu juga, kecopetan berkali-kali.
Namun kadang2 dateng aja rejeki yang tak disangka, contohnya saat di Jakarta n diusir dari asrama, aku gak tau lagi harus tidur dimana, alhamdulillah, Allah maha penolong, aku diangkat jadi anak angkat oleh keluarga arab yg kaya raya, keluarga dari murid privateku, karena beliau berkata bahwa mereka sangat menyukai kepribadianku.

Kalo di Merry Riana kan ada si Alfa tuh yang menemani perjuangannya, duuuh sayangnya kisah cinta saya gak seindah merry. Saat di UI, saya juga punya sosok Alfa, sayangnya dia sudah menikah dengan orang lain sekarang.hehe....

Dan hingga sekarang perjuangan itu pun masih terus berlanjut.
Aku masih harus banting tulang untuk terus memperjuangkan hidup.
Cari uang sendiri (jual buku, ikut lomba, magang kerja, jadi EO, nulis novel, jadi asisten dosen, cari beasiswa ini itu, dkk), semua cara saya lakukan untuk berjuang mempertahankan hidup untuk tetap bisa survive hingga saya menjadi dokter yang hebat.
Membiayai kuliah dan hidup sendiri tanpa merepotkan orang tua itu bukanlah hal yang mudah. 
Kadang saya merasa iri, pada teman-teman yang sering dengan mudah menghamburkan uangnya, tanpa mereka merasakan bahwa betapa susahnya cari duit.
Tapi aku bersyukur, aku tidak seperti mereka. Dengan Kau menakdirkanku seperti ini, aku menjadi lebih tangguh.

Seperti halnya mutiara yang senantiasa bercahaya, ia harus melalui proses panjang dan menyakitkan untuk menjadi yang paling indah dan menawan. Aku juga ingin menjadi mutiara yang walau terlebih dahulu ditempa dan diuji untuk menjadi pemimpin sejati. Menjadi mutiara yang akan terus memperindah bangunan masa depan.

Terimakasih ya Allah karna Kau telah melahirkanku dari rahim seorang ibu dan benih ayah yang hebat, yang dengan doa mereka, aku bisa setangguh ini melewati semua ini, menerpa diri untuk menjadi akhwat yang semakin tangguh. Dan aku percaya rintangan didepan jauh lebih sulit, tapi aku selalu yakin aku akan terus bertahan karna Allah dan demi kebahagiaan dan kebanggaan ayah ibu tersayang. Menjadi akhwat tangguh seperti yag ayah dan ibu selalu inginkan.


No comments:

Post a Comment