BAB I
PENDAHULUAN
by.Ria Tustina,et al
1.
Latar
Belakang
Status kesehatan dan pola penyakit telah berubah
dengan perkembangan sosial ekonomi. Industrialisasi telah merubah pola penyakit
dari defisiensi nutrisi dan penyakit infeksi menjadi penyakit degeneratif
seprti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, ataupun tumor. Perubahan ini
dikenal dengan “the epidemiological
transition” (perubahan epidemiologis). Perubahan pola penyakit bukan hanya
merupakan perubahan dari malnutrisi, diare ataupun penyakit infeksi lain
menjadi penyakit kronis atau penyakit degeneraif saja, tetapi juga adanya
perubahan spesifik seperti penyakit jantung rematik yang semakin berkurang,
menjadi penyakit jantung koroner atau gagal jantung (Jusuf et al, 2001).
Di Amerika Serikat dimana tiap tahun 1,5 juta
penduduk mengalami infark baru atau infark ulangan yang mengakibatkan 500.000
orang meninggal. Data studi epidemiologis menunjukan 25% mortalitas di India
tahun 1990 karena penyakit kardiovaskuler, 10% akibat diare, dan 13% akibat
penyakit infeksi. Sub-sahara African
Region Study menunjukkan mortalitas aibat penyakit kardiovaskuler sebesar
10%. Data statistik nasional di Malaysia menunjukkan adanya 3x peningkatan mortalitas
karena penyakit kardiovaskuler. Di Jepang morbiditas dan mortalitas akibat
penyakit kardiovaskuler mengalami peningkatan, dimana mortalitas sebesar 15,8%
pada tahun 1996.
Filiphina mencatat peningkatan perangkat kematian
akibat penyakit kardiovaskular, dimana tahun 1970 menduduki peringkat pertama.
Hal ini terjadi pula di Thailand dimana tahun 1970 kematian karena penyakit
kardiovaskular menduduki peringkat kelima, dan pada tahun 1997 menduduki
peringkat pertama.
Data survery kesehatan Republik Indonesia
menunjukkan adanya peningkatan kematian akkibat penyakit kardiovaskular dari
16,4% (1992) menjadi 24,5%(1995). Disamping itu kematian akibat penyakit
kardiovaskuler telah menduduki peringkat pertama (Joesoef, 2002).
Penderita panyakit jantung koroner (PJK) terutama
Infark Miokard Akut (IMA) dengan berbagai komplikasi yang terjadi akan
menyebabkan penrunan kualitas hidup yang menyebabkan seseorang akan berkurang
kemampuannya untuk melakukan tugas pekerjaan atau aktivitas sehari-hari. Dengan
berkurangnya kemampuan untuk melakukan tugas pekerjaannyabsehingga penderita
IMA terpaksa harus melakukan pekerjaan lainnya yang lebih ringan atau bahkan
akan berhenti bekerja, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap keadaan
sosial ekonomi keluarga. Apalagi jika penderita harus berobat secara teratur
atau diperlukan tindakan lainnya seperti angiografi koroner, tindakan medis
lainnya seperti pemasangan balon atau sten atau mungkin dengan operasi pintas
koroner, yang memerlukan biaya yang tidak sedikit. Secara psikologis, penderita
PJK khususnya IMA kadang-kadang menunjukka adanya gangguan kejiwaan seperti
anxietas atau bahkan bisa terjadi depresi.
2.
Tujuan
Pembelajaran
Aapun tujuan yang akan dicapai dari skenario ini
adalah :
-
Menjelaskan tentang anatomi, fisiologi,
dan histologi sistem kardiovaskular
-
Menjelaskan tentang keluhan yang
diderita pasien
-
Menjelaskan tentang pemeriksaan yang
dilakukan terhadap keluhan yang diderita pasien sesuai skenario
-
Menjelaskan prosedur diagnosis terhadap
kasus yang diderita pasien
-
Menjelaskan tentang patofisiologi,
etiologi, dan epidemiologi terhadap kasus yang diderita pasien
-
Menjelaskan tatalaksana,edukasi, dan
prognosis terhadap kasus
3.
Kasus/Skenario
SKENARIO I
Sakit Jantungkah Saya ?
Laki-laki 45
tahun, datang ke RS, dengan keluhan nyeri
dada. Pada anamnesis tidak didapatkan
sesak napas, lekas lelah maupun dada berdebar-debar. Kebiasaan merokok 2
bungkus sehari. Kebiasaan olahraga jarang, kadang-kadang seminggu sekali.
Riwayat penyakit pasien tidak menderita
diabetes mellitus. Dia takut terkena penyakit jantung karena ayahnya pernah mengeluh nyeri dada, dirawat
inap, dan dinyatakan menderita sakit jantung.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
data : kesadaran compos mentis, tekanan
darah 120/80 mmHg, denyut nadi 80 x/menit, irama regular, isian cukup, respiration rate 18 x/menit, JVP tidak meningkat.
Pada inspeksi menunjukkan apeks tidak ada heaving, Nampak di linea medioclavicularis sinistra SIC IV.
Pada palpasi didapatkan apeks di SIC IV
linea medioclavicularis sinistra, tidak ada thrill.
Pada perkusi didapatkan pinggang jantung
normal, apeks di SIC IV linea medioclavicularis sinistra. Pada auskultasi bunyi jantung I intensitas normal, bunyi
jantung II intensitas normal, normal splitting. Tidak ada murmur. Tidak ada
gallop. Tidak ada ronchi.
Pemeriksaan tambahan akan dilakukan
pemeriksaan laboratorium, EKG, dan Echocardiography. EKG didapatkan irama sinus rhythm dengan adanya ST Elevasi pada Lead
II, III, dan AVF. Pada foto thorax CTR = 0,49, vaskularisasi perifer
normal, aorta tidak menonjol, pinggang jantung normal. Apeks tidak bergeser ke
lateral atau lateral bawah. Pemeriksaan exercise stress test (treadmill test) tidak
dilakukan. Pemeriksaan echocardiography
menunjukkan abnormalitas wall motion.
4.
Hipotesis
Pasien tersebut menderita penyakit jantung koroner.
BAB
II
DISKUSI
DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Seven Jump
I. Langkah
I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam skenario dan memahami
pengertian beberapa istilah dalam skenario.
1.
Heaving
Merupakan getaran jantung yang teraba seperti gelombang atau kursi
goyang,ditemukan pada hipertrofi ventricel dexter.
2.
Thrill
Merupakan getaran
dinding thorax di daerah prekordial yang terjadi karena adanyaaliran
turbulensi, ditemukan pada penyempitan katup, dilatasi segmen arteri. Adanya
getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan katub bawaan atau penyakit
jantung congenital. Disini harus diperhatikan :
a. Lokalisasi dari
getaran
b. Terjadinya getaran :
saat systole atau diastole
c.
Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang tersebut
melakukan
pekerjaan fisik karena frekuensi jantung
dan darah akan mengalir lebih cepat
3.
Bising
Merupakan desiran yang berlangsung lebih lama dari suatu bunyi, penyebab
sama seperti pada thrill.
4.
Gallop
Merupakan bunyi kembar dari bunyi jantung yang terdengar berurutan seperti
derap kaki kuda, ditemukan pada bundle branche blok, dekompensasi cor dengan
hipertrofi venrticel sinister.
5.
Ronkhi
Merupakan bising yang ditemukan pada kelainan saluran napas.
6.
Murmur
Merupakan bunyi aliran darah dalam struktur vascular, dan digolongkan
menurut tujuh sifat, yaitu intensitas, kualitas, frekuensi, lama,
konfigurasi,waktu dan penyebaran.
7.
Elektrokardiogram (EKG)
Merupakan suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik
jantung yangdirekam pada permukaan tubuh melalui elektroda.
8.
Exercise stress test
Merupakan suatu tes dengan cara memberikan beban pada jantung sehingga
kebutuhan oksigen otot jantung meningkat, bila terjadi insufisiensi koroner
akan mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut yang dapat direkam
dengan EKG berupa perubahan segmen ST.
9.
Treadmill test
Bisa disebut juga uji latih beban jantung, sering kali dihubungkan
dengan penyakit jantung. Pada treadmill test penderita diberi beban latihan berupa berjalan diatas alat treadmill sambil
direkam EKG pada saat yang bersamaan, jadi test ini pada dasarnya
merupakan gabungan antara latihan fisik dan monitor rekaman
aktifitaslistrik jantung selama latihan. Test
ini dibutuhkan antara lain untuk mendiagnosa penyakit jantung koroner karena
pada pemeriksaan EKG istirahat seringkali tidak didapatkan perubahan yang
berarti, padahal dari keluhan penderita atau dari pemeriksaan
lainnya dokter mencurigai adanya penyakit jantung koroner.
10. Echokardiografi
Merupakan suatu pemriksaan dengan menggunakan alat yang dapat membangkitkan
suara ultrasound dengan frekuensi sangat tinggi, yaitu >20.000 Hz.
Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui informasi tentang anatomi,
morfologi, serta fungsi ruang jantung, dinding jantung, katup-katup, dan
pembuluh darah besar.
11. Pinggang jantung
Batas
jantung sebelah kiri yang terletak di sebelah cranial iktus,pada ruang
interkostal II letaknya lebih dekat ke sternum daripada letak iktus cordis ke
sternum, kurang lebih di linea parasternalis kiri. Tempat ini sering disebut
dengan pinggang jantung.
12. Bunyi jantung I
Terjadi karena getaran menutupnya katub
atrioventrikularis, yang terjadi pada saat kontraksi isometris dari bilik pada
permulaan systole. Getaran yang terjadi tersebut akan diproyeksikan pada
dinding toraks yang kita dengar sebagai bunyi jantung I.
13. Bunyi jantung II
Terjadi
akibat proyeksi getaran menutupnya katub aorta dan a. pulmonalis pada dinding
toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole. BJ II normal selalu
lebih lemah daripada BJ I. Pada anak-anak dan dewasa muda akan didengarkan BJ
II pulmonal lebih keras daripada BJ II aortal. Pada orang dewasa didapatkan BJ
II aortal lebih keras daripada BJ II pulmonal.
II. Langkah
2 :
Menentukan/mendefinisikan permasalahan
Permasalahan pada skenario ini yaitu sebagai berikut :
1.
Bagaimana anatomi, fisiologi, dan histologi organ
jantung ?
2.
Bagaimana hubungan kebiasaan merokok dan jarang
olahraga dengan keluhan ?
3.
Apa hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan
pasien ?
4.
Mengapa dapat timbul nyeri dada ?
5.
Bagaimana hubungan keluhan pasien dengan riwayat
penyakit jantung pada ayahnya ?
6.
Apa hubungan riwayat diabetes mellitus dengan
keluhan ?
7.
Apakah hubungan sesak napas, lekas lelah, dan dada
berdebar dengan keluhan ?
8.
Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik ?
9.
Bagaimana interpretasi pemeriksaan penunjang ?
10.
Bagaimana prosedur EKG, echocardiography, foto
thorax, dan treadmill test ? apakah indikasi dan kontraindikasinya ?
11.
Mengapa tidak dilakukan treadmill test ?
12.
Apakah diagnosis dan diagnosis bandingnya ?
13.
Bagaimana penatalaksanaan pasien dalam skenario ?
14.
Bagaimana interpretasi dari abnormality wall
motion ?
15.
Bagaimana prognosis pasien ? apakah komplikasi yang
mungkin terjadi ?
16.
Bagaimana patofisiologi penyakit pasien ? (tingkat
seluler)
III. Langkah 3 : Menganalisis permaslahan dan membuat
penyataan sementara mengenai permasalahan.
1.
Anatomi, Fisiologi, dan Histologi Cor
Anatomi Cor
I.
PERICARDIUM
Pericardium
adalah suatu kantong fibroserosa yang membungkus jantung dan pangkal
pembuluh-pembuluh besar. Pericardium menempati sebagian besar mediastinum
medium. Pericardium terletak posterior terhadap corpus sterni dan cartilago
costa II-VI. Fungsinya adalah membatasi pergerakan jantung yang berlebihan
secara keseluruhan dan menyediakan pelumas sehingga bagian-bagian jantung yang
berbeda dapat berkontraksi. Pericardium terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a. Pericardium
fibrosum
Pericardium fibrosum merupakan bagian
paling luar dari pericardium. Pada bagian anterior akan berhubungan dengan
corpus sterni dengan ligamentum sternopericardiaca dan dengan pulmo yang
dihubungkan dengan impressio cardiaca. Dibagian caudal akan berhubungan dengan
centrum tendineum diapraghmatica. Di depan dan kanan akan membentuk ligamentum
pericardiacophrenica. Sedangkan posterior akan berhubungan dengan oesophagus,
aorta descendens, vertebrae thorax V-VIII. Facies interna pericardium fibrosum
ini akan dilapisi oleh lamina parietalis pericardium serosum.
b. Pericardium
serosum
Pericardium serosum merupakan bagian paling
dalam dari percardium. Pericardium ini mempunyai dua lapisan yaitu lamina
parietal dan lamina visceral. Lamina parietal akan berefleksi menjadi lamina
visceralis. Ditempat refleksi bagian anterior tersebut terdapat sebuah ruangan
yang dinamakn cavum pericardii atau cavitas pericardiaca. Cavum tersebut
normalnya berisi sedikit cairan serosa yang berfungsi sebagai pelumas untuk
memudahkan pergerakan cor. Dibagian posterior tempat refleksi tersebut akan
membentuk dua sinus yaitu sinus obliquus pericardii dan sinus transversus
pericardii. Sinus obliquus pericardii akan dibatas oleh vena cava inferior dan
empat vena pulmonalis. Sedangkan sinus transversus akan dibatasi oleh vena cava
superior, atrium sinistrum, truncus pulmonalis, dan aorta.
II.
COR
Cor
berasal dari bahasa Yunani yang berarti jantung yang berfungsi untuk memompa
darah ke seluruh tubuh. Cor terdpaat di mediastinum media. Cor mempunyai empat
ruangan yaitu atrium dextrum et
sinistrum
dan ventriculus dextrum et sinistum. Dindingnya tersusun oleh endocardium,
myocardium dan epicardium. Dan juga cor mempunyai system conduncens yang
berfungsi untuk menghantarkan
impuls
yaitu SAV node, AV node, Bundle his dan serabut purkinye. Cor tersusun dari
tiga bagian yaitu apex, basis dan facies.
· Basis
cordis dibentuk oleh atrium sinistrum yang akan dilewati vena cava superior et
inferior dan vv. Pulmonalis.
· Apex
cordis dibentuk oleh ventriculus sinister. Pada saat kontraksi ventriculus
sinister akan membentuk keadaan yang disebut ictus cordis yang berada pada SIC
V sedikit ke medial dari linea midclavicularis sinistra. Apex cordis terletak
setinggi cartilago costa VI.
· Facies
sternocostalis dibentuk oleh ventriculus sinister.
· Facies
pulmonalis atau facies sinister dibentuk oleh ventriculus sinister membentuk
impressio cardiaca.
· Facies
diaphragmatica dibentuk oleh kedua ventriculi yang bersandar pada centrum
tendineum diaphragmatica.
a. Batas-batas
cor dan valva pada dinding thorax
· Sinister : SIC V satu jari sebelah medial linea
midclavicularis sinistra ke cranial SIC II sinistra pada linea parasternalis.
· Cranial : SIC II sinistra pada linea
parasternalis ke dexter sampai ke tepi cranial costae II pada linea sternalis
dexter.
· Dexter : Tepi cranial costae II pada linea
sternalis dexter ke caudal sampai tepi caudal costa V dextra.
· Caudal : Tepi caudal costa V dextra ke
sinister sampai SIC V satu jari sebelah medial linea midclavicularis sinistra
b. Proyeksi
valva yang menghubungkan ruangan antra cor
· Valva
tricuspidalis : SIC V dan cartilago
costalis V dexter
· Valva
bicuspidalis : SIC II dan carilago
coastalis IV sinister
· Valva
aorta : Cartilago cotsalis
III dextra pada sternum sebelah mediana
· Valva
trunci pulmonalis : Cartilago cotsalis III sinister pada sternum sebelah
mediana
c. Auskultasi
valva
· Valva
tricuspidalis : SIC V/ VI linea
midclavicularis sinistra
· Valva
bicuspidalis : Apex cordis SIC V linea midclavicularis
sinistra
· Valva
aorta : SIC II linea
sternalis dextra
· Valca
trunci pulmonalis : SIC II linea sternalis sinistra
d. Ruangan-ruangan
cor
e. Skeleton
Cordis
·
Trigonum
fibrosum dextrum
Dibentuk
oleh anulus fibrosus dexter dan pangkal valva semilunaris aorta.
·
Trigonum
fibrosum sinistrum
Dibentuk
oleh anulus fibrosus sinister dan pangkal valva semilunaris
aorta.
·
Anulus
fibrosus dexter et sinister
Letak antara anulus fibrosus dexter dan pangkal valva semilunaris aorta
berlanjut sebagai pars membranacea septum interventriculare.
·
Tendo
infundibuli
f. Systema
conducens
·
Nodus sinu-atrialis (SA node)
yang merupkan pacemaker
·
Nodus atrioventricularis (AV node)
·
Fasciculus atrioventricularis (Bundle His)
·
Rami subendocardialis (Serabut purkinje)
g. Vaskularisasi
cor
Arteri:
·
A.coronaria
dextra
- r. interventricularis
- r. coni arteriosi
- r. atrialis intermedius
- rr. Atriales
- r.NSA/r.NAV
·
A.
coronaria sinistra
- r. interventricularis anterior
- r. coni arteriosi
- r.atrialis intermedius
- r.atriales
- r.NSA/r.NAV
- r.circumflexus
Vena:
·
sinus coronarius
atrium dextrum
- v. cordis media
- v. cordis parva
- v. cordis magna
- v. posterior ventriculi sinistri
- v.
obliqua atrii sinistri
- v. cordis anterior
·
vv. cordis minimae atrium dextrum
h. Innervasi
cor
·
Serabut saraf sensoris
·
Serabut saraf autonom:
§ Truncus sympathicus
- n. cardiacus cervicalis superior
- n. cardiacus cervicalis medius
- n. cardiacus cervicalis inferior
- nn. cardiaci thoracici
§ Parasympathicus (n.
vagus)
- r. cardiacus superior
- r. cardiacus medius
- r. cardiacus inferior
Plexus cardiacus: - plexus coronarius
- plexus
pulmonalis
Histologi Cor
Sistem
sirkulasi darah berfungsi
menyalurkan darah yang kaya akan oksigen (O2) ke sel
- jaringan dan mengembalikan
darah vena ke paru untuk pertukaran gas.Terdapat tiga jenis arteri, yaitu:
· A.
Elastis,
merupakan arteri yang berperan membantu
menstabilkan aliran darah. Arteri ini mencakup aorta dan percabangan besarnya.
Bila dipotong
berwarna segar kuning karena
mengandung elastin di tunika
media. Dan juga arteri ini mempunyai lamina elastic - tekanan arterial (sistol-diastol).
Vasa vasorum
è pembuluhnya pembuluh
di tunika adventitia.
· A. Muskularis, merupakan arteri
yang dapat mengendalikan banyaknya darah ke organ
karena ± 40 lapisan otot polos di tunika media. Contoh
dari arteri ini a. branchialis dan a. radialis.
· Arteriol, merupakan arteri yang
dibentuk setelah arteri
muskularis bercabang
menjadi arteri yang lebih kecil, arteri terkecil bercabang sebagai arteriol
dengan satu-dua lapisan otot polos.
Selain arteri terdapat juga kapiler yang memungkinkan berbagai tingkat pertukaran metabolik
antara darah dan jaringan sekitar. Kapiler merupakan dinding sel paling sederhana.
Kapiler ini mempunyai selapis
sel endotel. Kapiler-kapiler
darah membentuk anyaman-anyaman yang menghubungkan arteri vena.
Dan
juga terdapat vena yang memiliki berbagai macam ukuran seperti arteri, yaitu:
·
Venula, merupakan transisi
dari kapiler menjadi venula terjadi secara bertahap.
Venula pascakapiler
è
venula pengumpul
è
venula muscularis.
Venula mempunyai khas pada penampang (Ø) lumen besar dibandingkan tebal keseluruhan dindingnya.
·
Vena,
merupakan darah
yang
masuk vena menerima tekanan yangg rendah dan bergerak menuju jantung melalui kontraksi
tunika
media. Katup menonjol dari
tunika intima =/> alir
balik atau
yang mencolok di vena besar
Dinding
jantung mempunyai tiga lapisan yaitu:
1) Endokardium
i. Lapisan dalam: selapis sel endotel dan subendotel jaringan
pengikat longgar
ii. Lapisan tengah atau elastomuskuler: serabut elastis dan otot polos
iii.Lapisan luar atau endokardium: menghubungkan dengan miokard vena dan saraf
2)
Miokardium, mempunyai tunika paling tebal di jantung, tdr atas sel otot jantung
3) Epikardium,
dibentuk oleh epitel selapis gepeng dan dapat disetarakan dengan lapisan visceral pericardium.
Fisiologi Cor
2.
Hubungan
kebiasaan pasien dengan keluhan
Kebiasaan
pasien merokok 2 bungkus sehari dapat merangsang proses aterosklerosis karena
efek langsung rokok terhadap dinding
arteri. Karbon monoksida (CO) dapat menyebabkan hipoksia jaringan arteri,
nikotin menyebabkan mobilisasi katekolamin yang dapat menambahkan reaksi
trombosit dan menyebabkan kerusakan pada dinding arteri, sedangkan glikoprotein
tembakau dapat menimbulkan reaksi hipersensitif dinding arteri.
Selain
itu kebiasaan pasien yang jarang olahraga menjadi salah satu faktor risiko
minor yang tidak langsung karena mungkin saja terjadi dislipidemia akibat gaya
hidup
yang tidak sehat.
Hubungan jenis kelamin dan usia dengan
keluhan pasien
Resiko
terjadinya CVD (Cardio Vascular Dissease) pada Pria lebih tinggi dibandingkan
pada wanita sebelum menopause, namun ketika wanita tersebut menopause, resiko
ini perlahan-lahan sama dengan pria. Hal itu dipengaruhi oleh hormone estrogen
dimana pada wanita sebelum menopause kadar estrogen tinggi. Estrogen mempunyai
fungsi sebagai antioksidan, menurunkan LDL, meningkatkan HDL, menstimulasi
ekspresi serta aktivasi oksida sitrat sintase, menyebabkan vasodilatasi dan
meningkatkan produksi plasminogen sehingga CVD lebih rendah resikonya pada
wanita sebelum menopause.
Sedangkan
untuk umur sendiri, semakin tua umur seseorang semakin tinggi kemungkinan
terkena CVD oleh karna sejak awal kelahiran sepanjang hidupnya, seseorang
dengan paparan faktor-faktor CVD secara progresif terus mengalami perubahan
menuju CVD.
Hubungan riwayat keluarga dengan keluhan
Berbagai
survey epidemiologis telah menunjukkan adanya predisposisi familial terhadap
CVD. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh banyaknya faktor resiko CVD
memiliki dasar genetic multifaktorial akibat gen abnormal multiple yang
berinteraksi dengan pengaruh lingkungan.
Hubungan
Diabetus Melitus dengan penyakit jantung
Penyebab kematian dan kesakitan utama pada pasien DM (baik
DM tipe I maupun DM tipe II) adalah penyakit jantung koroner, yang merupakan
salah satu penyulit makrovaskuler pada diabetus melitus. Penyulit makrovaskuler
ini bermanifestasi sebagai aterosklerosis dini yang dapat mengenai organ-organ
vital (jantung dan otak). Pada pasien DM resiko payah jantung kongestif
meningkat sampai 4 kali. Peningkatan resiko ini tidak
hanya disebabkan karena penyakit jantung iskemik. Dalam beberapa tahun terakhir
ini diketahui bahwa pasien DM dapat pula mempengaruhi otot jantung secara
independen. Selain melalui keterlibatan aterosklerosis dini arteri koroner yang
dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik juga dapat terjadi
perubahan-perubahan berupa fibrosis interstisial, pembentukan kolagen dan
hipertrofi sel-sel otot jantung. Pada tingkat seluler terjadi gangguan
pengeluaran kalsium dari sitoplasma, perubahan struktur troponin T dan
peningkatan aktifitas piruvat kinase. Perubahan-perubahan ini akan menyebabkan
gangguan kontraksi dan relaksasi otot jantung serta peningkatan tekanan end-diastolic sehingga
dapat menimbulkan kardiomiopati restriktif.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa: 1. Angka kejadian
aterosklerosis lebih tinggi pada pasien DM dibanding populasi non DM; 2. Pasien
DM mempunyai risiko tinggi untuk mengalami trombosis, penurunan fibrinolisis
dan peningkatan respon inflamasi; 3. Pada pasien DM terjadi glikosilasi protein
yang akan mempengaruhi integritas dinding pembuluh darah.
Lesi aterosklerosis pada pasien DM dapat terjadi karena:
hiperglikemia, resistensi insulin dan hiperinsulinemia, hiperamilinemi,
inflamasi, trombosis, dislipidemia, hipertensi maupun hiperhomosisteinemia.
Manifestasi klinis penyakit jantung pada pasien DM yaitu
terjadinya iskemi atau infark miokard kadang-kadang tidak disertai dengan nyeri
dada yang khas (angina pektoris). Keadaan ini dikenal dengan silent
myocardial ischaemia atau silent myocardial infarction (SMI).
Terjadinya SMI pada pasien DM diduga akibat gangguan sensitivitas sentral
terhadap rangsang nyeri, penurunan konsentrasi endorpin, neuropati
perifer yang menyebabkan denervasi sensorik. (Sudoyo, dkk, 2009)
Patofisiologi Angina Pectoris
Oksigen
dikirim ke jantung melalui pembuluh darah permukaan yang lebih besar (pembuluh
darah epikardial) dan arteri intramyokardial serta arteriol, yang bercabang ke
kapiler. Di jantung yang sehat, ada resistensi yang kecil pada aliran darah di
pembuluh darah epikardial. Dengan adanya plak atherosklerosis, aliran darah
terganggu, tapi proses autoregulasi dapat mengkompensasi sampai tingkat
tertentu. Auterugalsi adalah dilatasi dari pembuluh darah myokardial terhadap
respon dari penurunan pengiriman oksigen. Melalui autoregulasi, aliran darah ke
jantung berubah signifikan karena adanya permintaan yang lebih besar. Mediator
yang paling penting yang terkait dengan perfusi myokardial adalah adenosis
(sebuah vasodilator yang poten), nukleotida lain, nitrit oksida, prostaglandin,
karbon dioksida, dan ion hidrogen. Obstruksi dari aliran darah koronal dapat
menetap, dengan adanya atherosklerosis, atau berpindah, dengan adanya spasme
koroner. Beberapa pasien dapat memiliki kedua karakteristik, dan ini disebut
dengan angina campuran.
Lapisan
endotel selapis memisahkan otot polos vaskuler dari darah. Ketika intak,
endotel vaskuler membuat vasodilatasi dapat dijalankan dan mencegah adanya
thrombvus serta formasi dari plak sklerotik. Endotel arteri koronaria
mensisntesis fibronectin, IL-1, dan NO. NO disintesis dari L-arginin dengan
oleh nitrit oksida sintase. NO kemudian menyebabkan relaksasi dari otot polos
arteri. Hilangnya lapisan endotel menyebabkan NO berkurang, hal ini dapat
disebabkan oleh serangan mekanis atau kimiawi atau dari ox-LDL. Fungsi endotel
dapat ditingkatkan dengan ACE Inhibitor, statin, dan olahraga. (Albrecht, 2013)
Nyeri dada pada iskemik miokard
karena aterosklerosis
Aterosklerosis
dapat terjadi pada berbagai pembuluh darah, namun terparah bila menyumbat
pembuluh darah otak dan jantung. Akibat dari penyumbatan arteri tersebut maka
suplai oksigen ke jaringan akan terhambat. Di otak penyempitan dapat memicu
stroke, sedang di jantung kelainan ini menimbulkan ischemic myocard. Ischemic
myocard dapat menimbulkan nyeri yang disebut angina pectoris. O2 digunakan
otot jantung untuk bermetabolisme, namun karena suplai O2 kurang,
maka otot jantung harus mengompensasi hal tersebut dengan cara glikolisis
anaerob. Nyeri dada pada penyakit jantung diyakini disebabkan oleh stimulasi
ujung-ujung saraf oleh asam laktat yang dihasilkan selama glikolisis anaerob.
Interpretasi hasil pemeriksaan
fisik
Pada
pemeriksaan fisik didapatkan data: kesadaran compos mentis, tekanan darah
120/80 mmHg, denyut nadi 80 x/menit, irama regular, isian cukup, respiration rate 18 x/menit, JVP tidak meningkat.
Dari
data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien sadar penuh, tekanan darah
pasien normal (N=120/80 mmHg), denyut nadi dalam batas normal (N=60-100 x/menit
pada orang dewasa), irama teratur, respiration
rate dalam batas normal (N=16-20 x/menit), JVP tidak meningkat artinya
tidak ada peningkatan tekanan pada vena jugularis yang mencerminkan tekanan
pada atrium dextrum.
Interpretasi
hasil pemeriksaan penunjang
Interpretasi
wall-motion : Jika yang di maksud abnormalitas wall-motion adalah akinesia
(keadaan hilangnya gerakan dinding pada echocardiograph) akan semakin
meningkatkan kecurigaan terjadinya miokard infark disamping oleh sebab adalah
gambaran elevasi segmen S-T pada lead I, II dan aVF pada ECG yang salah satu
interpretasinya adalah miokard infark posterior.
BAB
III
PEMBAHASAN
Tersumbatnya arteri dapat disebabkan
oleh bererapa sebab. Seseorang yang mengalami Diabetes Mellitus lebih memiliki
resiko terjadinya penyakit jantung. Salah satu tanda DM ialah hiperlipidemia.
Lipid yang berlebih akan menyumbat pembuluh darah sehingga menimbulkan
atherosclerosis. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
kebiasaan merokok juga dapat memicu atherosclerosis.
Atherosclerosis dapat terjadi pada berbagai pembuluh darah,
namun terparah bila menyumbat pembuluh darah otak dan jantung. Akibat dari
penyumbatan arteri tersebut maka suplai oksigen ke jaringan akan terhambat. Di
otak penyempitan dapat memicu stroke, sedang di jantung kelainan ini
menimbulkan ischemic myocard. Ischemic myocard dapat menimbulkan nyeri yang
disebut angina pectoris. O2 digunakan otot jantung
untuk bermetabolisme, namun karena suplai O2 kurang, maka otot
jantung harus mengkompensasi hal tersebut dengan cara glikolisis anaerob. Nyeri
dada pada penyakit jantung diyakini disebabkan oleh stimulasi ujung-ujung saraf
oleh asam laktat yang dihasilkan selama glikolisis anaerob.
Jenis kelamin (laki-laki) menjadi faktor risiko yang
meningkat pada penyakit jantung koroner, karena pada perempuan lebih kebal
terdapat efek perlindungan dari esterogen. Kemudian faktor risiko juga
meningkat berdasarkan usia (pada usia 40-60 tahun, risiko meningkat 5 kali
lipat). Hal ini dapat dikarenakan adanya dua proses utama, yaitu degenerasi dan
akumulasi. Faktor ayah pasien yang merupakan pasien PJK menjadi predisposisi PJK
yang berasal dari faktor genetik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
penyakit jantung koroner dapat diturunkan.
Pada pasien di skenario, hasil pemeriksaan fisik maupun
pemeriksaan laboratorium masih dalam batas normal. Hal ini menunjukkan bahwa
angina yang diderita masih pada grade awal. Hasil pemeriksaan
EKG pasien normal dikarenakan penyempitan arteri yang terjadi tidak sampai
menggangu systema conducent jantung pasien.
Evaluasi sakit dada iskemia dimulai
dengan lima pertanyaan berikut: dimana sakitnya (lokasi), seperti apa sakitnya
(sifat), apa penyebabnya (sebab/pencetus), kemana menjalarnya (radiasi), apa
yang mengurangi sakitnya; apa yang anda lakukan bila sakitnya datang (bebas
sakit).
Sakit
yang khas adalah retroseternal, dan radiasi dapat ke leher dengan perasaan
tercekik. Sering menyebar ke bagian dalam tangan kiri dibawah ketiak sedangkan
rasa sakit dari musculoskeletal biasanya terasa di bahu atau di bagian luar
tangan.
Sifat
sakitnya seperti tertekan, perasaan kencang atau berat, seperti diperas, rasa
sesak atau pegal. Perasaan seperti pisau ditusuk pisau biasanya bukan
disebabkan oleh iskemia miokard apalagi kalau bisa ditunjuk dengan jarinya.
Perbedaan sifat sakit dada
Jantung
|
Non Jantung
|
Tegang
tidak enak
|
Tajam
|
Tertekan
|
Seperti
pisau
|
Berat
|
Ditusuk
|
Mengencangkan/diperas
|
Dijahit
|
Nyeri/pegal
|
Ditimbulkan
tekanan/posisi
|
Menekan/menghancurkan
|
Terus
menerus seharian
|
Penyebab sakit dada berhubungan
dengan pengisian arteri koronaria sewaktu diastole. Setiap keadaan yang akan
meningkatkan denyut jantung akan meningkatkan juga kebutuhan jantung yang tidak
bisa dipenuhi oleh pasok aliran darah koroner dan akan mengakibatkan sakit.
Sakit menghilang bila kecepatan denyut jantung diperlambat, relaksasi,
istirahat, atau makan obat glyceryl trinitrat. Sakit biasanya hilang dalam 5
menit.
Disamping
faktor riwayat penyakit, kelamin dan umur harus diperhatikan juga bahwa
prevalensi penyakit jantung koroner lebih tinggi pada pria (dibawah 50 tahun)
dan umur lanjut. Ketepatan diagnostik dapat juga ditingkatkan dengan
memperhatikan adanya faktor-faktor risiko.
(Hanafiah, dkk, 1996)
Kesimpulannya,
pasien mengalami angina pectoris, namun masih dalam penanda awal adanya
predisposisi kearah penyakit jantung koroner (PJK). Penatalaksanaan pasien
dengan angina pectoralis dilakukan dengan pemberian nitrogliserin untuk
serangan akut, pencegahan serangan lanjutan, tindakan invasive, dan olahraga.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
-
Lelaki
dalam skenario sudah mulai harus berhati-hati karena sudah menunjukan gejala
menuju penyakit jantung koroner berupa angina pectoralis.
-
Penyakit
DM dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria secara
langsung, melalui mekanisme pemecahan lemak untuk memenuhi kebutuhan
sel-sel yang ‘kelaparan’.
B.
Saran
-
Diharapkan kelompok kami dalam diskusi
tutorial selanjutnya bisa membahas skenario kasus dengan data terbaru dan
sumber yang ilmiah.
-
Disarankan untuk semua materi yang di
sampaikan dalam diskusi sudah di baca dan di mengerti sebelum diskusi tutorial
di laksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Moechtar dan Dede Kusmana.
2003. Buku Ajar Kardiologi. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
Hanafiah, Asikin,
dkk. 1996. Angina Pectoris. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FKUI.
Kunaryo, Bambang Hadi; dkk. “Aplikasi
Tapis Adaptif Fir Untuk Menghilangkan Artefak Pada Sinyal Elektrokardiografi”. http://eprints.undip.ac.id/25290/1/ML2F302468.pdf. diakses pada 4 Maret 2012.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius.
Pratanu, Sunoto. dkk. 2009.
Elektrokardiografi dalam Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.
Price. Sylvia A. 2006.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Soedarmo. 1996. Pemeriksaan Radiologi dan Pencitraan pada Penyakit Kardiovaskuler. Buku
Ajar Kardiologi. Jakarta: FKUI.
Sudjadi, dkk. “Pengenalan Pola
Sinyal Elektrokardiograf (EKG) dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation
untuk Diagnosa Kelainan Jantung Manusia”. http://eprints.undip.ac.id/25791/1/MT101950579.pdf. diakses pada 4 Maret 2012.
Sudoyo, Aru W. dkk. 2009. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Obat jantung koroner secara alami silahkan klik :
ReplyDeletehttp://pengobatanjantungkoronertanpaoperasi.wordpress.com
Obat jantung koroner secara alami silahkan klik :
ReplyDeletehttp://pengobatanjantungkoronertanpaoperasi.wordpress.com